Kamis, 17 September 2009

Unsur Hara

MEKANISME PENYERAPAN UNSUR HARA
Hara merupakan unsur yang sangat diperlukan oleh tanaman. Hara banyak terdapat dalam air tanah. Konsentrasi hara dalam air tanah pada (1) Konsentrasi Normal sekitar 1-5 permil. (2) Jenuh air 0,21-1 permil dengan Po 0,1-0,5 atm. (3) Tanah kering konsentrasi hara dalam air tanah dapat meningkat dan menyebabkan PO tanah menjadi negatif. Berdasarkan peranannya, hara dibagi menjadi : A. Hara Esensial Hara esensial sangat diperlukan tanaman untuk menyelesaikan siklus hidupnya. Hara ini juga sangat dibutuhkan pada proses biokimia tertentu dan peranannya tidak dapt digantikan oleh unsur lain. Bila unsur tersebut tidak ada, maka pertumbuhan tanaman akan terhambat, dan akan tumbuh lebih lanjut jika unsur tersebut ditambahkan. Hambatan pertumbuhan ini memberikan dambak seperti tanda kahat (defisiensi) yang khas. Unsur yang termasuk hara esensial berjumlah 16 unsur, dan terletak pada sistem periodik unsur pada garis Argon (Ar) yaitu garis yang menghubungkan Ar dengan C. B. Hara Fungsional Hara fungsional adalah hara yang apabila ada dalam tanah atau medium dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman. Misalnya. Unsur Natrium (Na) dapat menggantikan peran dari unsur Kalium (K). Unsur lain yang merupakan unsur hara fungsional adalah Kobalt (Co) yang berperan dalam memperkuat ketahanan tanaman terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan tanaman itu sendiri. C. Hara PotensialHara potensial adalah unsur hara yang sering ditemukan dalam tubuh tanaman, akan tetapi belum jelas fungsi dari unsur hara ini.

Berdasarkan Jumlah yang dibutuhkan oleh tanaman, hara dapat dibagi menjadi 2 :A. Unsur Hara MakroUnsur ini sangat diperlukan oleh tanaman dalam jumlah yang sangat besar. Unsur ini antara lain : N, P, S (anion) dan K, Ca, Mg (kation).B. Unsur Hara MikroUnsur ini dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sedikit. Umumnya unsur ini antara lain : B, Cl, Cu, Fe, Mn, Mo, Zn. Akan tetapi pada tanaman tertentu Co, Se, Si, Na dibutuhkan juga sebagai unsur hara mikro.
Penyerapan unsur hara pada tanaman bisa melalui daun dan akar. Pada daun biasanya unsur hara yang dapat diangkut antara lain : CO2, O2, H2O dan sat terlarut. Dan pada akar unsur hara yang dapat terserap antara lain : O2, H2O, mineral anorganik dan zat organik terlarut.Mekanisme penyerapan hara oleh akar, antara lain :A. Aliran Massa (Mass Flow)Gerakan unsur hara ini mengikuti aliran air keakar secara pasif. Aliran ini dapat saja terjadi karena adanya transpirasi daun. Jumlah hara yang mencapai akar melalui proses ini dipengaruhi oleh :1. Konsentrasi hara yang bersanggungan dalam larutan tanah2. Laju gerak air ke permukaan akar, atau kaju transpirasiJika penyerapan hara lebih besar daripada pengisian hara kembali (resupply) dalam jangka waktu penjang maka akan terbentuk depletion zone disekitar akar.B. Difusi IonDalam hal ini, gerak unsur hara disebabkan karena adanya perbedaan gradien konsentrasi (secara difusi).

Beberapa hipotesis penyerapan hara :A. Hipotesis difusiKelemahan dari Hipotesis ini adalah konsentrasi hara di dalam sel lebih tinggi dari tanah.B. Hipotesis transpirasiKelemahan dari Hipotesis ini adalah waktu transpirasi, tumbuhan tetap menyerap hara.C. Hipotesis akumulasi ion berdasarkan kesetimbanganKelemahan dari Hipotesis ini adalah keseimbangan yang seseungguhnya tak pernah terjadi dalam sel.D. Hipotesis pertukaran ionKelemahan Hipotesis ini adalah masalah yang harus dipecahkan cukup banyak (gradien konsentrasi dan elektrisitas)E. Hipotesis elektroforesisHipotesis ini menjelaskan bahwa membran mempunyai pori yang dibatasi oleh molekul yang bermuatan. Kelemahan dari Hipotesis ini adalah ukuran dari pori pada membran yang hanya ± 10 Angstrom.
2. KERAPATAN AKAR
Kerapatan tanah adalah panjang akar per satuan tanah. Kerapatan akar dapat istilahkan dengan panjang akar dengan satuan ?m akar cm 3 tanah dengan membagi tanah dimana akar tersebut tersedia. Kerapatan akar dapat diperoleh dengan cara pembakuan ketebakan lapisan tanah yang hilang , maka suatu peta kerapatan akar dapat dipeoleh dengan mencatat panjang akar dalam tiap-tiap bujur sangkar (Bohm, 1976). Contoh-contoh kerapatan akar (panjang akar per satuan tanah) adalah pada jagung dan kedelai. Dalam tanah bagian atas, kerapatan akar meningkat sampai kira-kira waktu pembungaan dan lebih besar pada jagung dari pada kedelai. Kerapatan jagung juga semakin menurun dengan kedalaman tidak tergantung saat pengambikan contohnya, tetapi pada kedelai polanya lebih rumit. Bentuk penyajian ini menonjolkan sifat dinamika sestem perakaran suatu tanaman semusim dan penurunanya cukuo tajam seteah pembungaan. Sebagian akar jelas mati jauh sebelum tanaman dewasa. Pengaruh tersebut sangat nyata dalam tanah bagian atas yang menunjukkan bahwa akar-akar cabang yang terbentuk lebih awal, yang lebih dekat dengan permukaan akar, mati secara berurutan dengan cara yang dapat disamakan dengan daun-daun dibagian bawah diatas tanah. Kerapatan perakaran dalam tanah bagian atas adalah terbesar pada saat masaknya tanamanm yang menunjukkan suatu penurunan diameter rata-rata akar hidup secara progresif sementara tanaman menua.









3. HUBUNGAN ANTARA SERAPAN HARA DAN KERAPATAN AKAR Kita telah mengetahui bahwa hara sangat penting bagi tanaman. Kerapatan akar pada masing-masing tanaman biasanya berbeda mengenai jenis tanaman tersebut apakah termasuk tanaman dikotil atau monokotil. Paa tanaman monokotil, kerapatan tanah sangat besar pada saat tanaman ini akan berbuah dan akan menurun tingkat kerapatannya bila dilihat dari segi kedalaman tanah. Hal ini berbeda dengan tanaman dikotil pada umumnya yang mempunyai kerapatan akar yang semakin tinggi bila dilihat dari kedalaman tanah. Semakin dalam tanah maka kerapatan akar taaman dikotil semakin besar.Walaupun tida ada yang mengkaji secara detail tentang sistem perakaran, Nye dan Foster (1961) megukur pengambilan p32 dari tempat yang berlainan dalam tanah untuk tiga tanaman budidaya di ghana. Mereka mandapatkan pengambilan yang sedikit dari lapisan-lapisan yang dalam, yaitu 16 % dibawah 30 cm untuk juwawut, 7 % dibawah 25 cm untuk jagung dan 11 % dibawah 25 cm untuk gude. Mereka menganggap ini terutama sebagai akibat dari ketersediaan fosfor yang sangat rendah dalam tanah bagian bawah. Walaupun demikian, tampak bahwa jagung mempunyai sistem akar terdangkal dan juwawut terdalam. Gude yang kedalaman akarnya ditengah-tengah akhitnya akan berakar paling dalam, karena gude memiliki musim pertumbuhan yang lama dari pada jagung dan juwawut.. sampai 30 hari setelah penyebaran, tanaman padi-padian mengambil fosfor terutama dari tanah tidak lebih jauh dari pada 40 cm kesamping dari batang tanaman. Tetepi pengambilan selanjutnya tersebar merata kesamping sejauh 60 cm. Gude membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengembangkan akar-akarnya kesamping, pada umur 55 hari masih hanya mengambil 63 % dari fosfornya dari daerah 25 cm dari batang.Pengamatan tentang peranan beberapa sifat fisisk tanah Ultisol pada penyebaran akar tanaman kelapa sawit telah dilakukan di kebun Marihat, PT. Perkebunan Nusantara IV. Penvebaran akar secara lateral diamati pada 3 (tiga) arah, yaitu (1) sejajar dengan jalan panen/pasar pikul (K), (2) memotong jalan panen/pasar pikul (PP) dan (3) memotong tempat pemupukan pelepah (TP). Pengambilan contoh akar di setiap arah tersebut, dilakukan pada jarak 50 cm, 100 cm, 150 cm. 200 cm, 300 cm, 350 cm, 400 cm, 450 cm, 500 cm, 550 cm, 600 cm, 650 cm, 700 cm. 750 cm, 800 cm dan 850 cm dari pangkal batang. Penyebaran akar se¬cara vertikal diamati di setiap arah dan setiap interval jarak pengamatan lateral dengan ke¬dalaman 0-25 cm, 25-50 cm, 50-75 cm dan 75-100 cm.
Pemilahan akar dilakukan terhadap akar primer, sekunder dan tersier. Sifa-sifat fisik tanah yang diamati meliputi tekstur, bobot isi (BV), bobot jenis (BJ), permeabilitas, persentase agregasi dan kemantapan agregat. Peng¬amataul menunjukkan bahwa di kedalaman 0-25 cm kerapatan akar berhubungan erat dengan BV, pori drainase, ruang pori total dan permeabilitas. Di kedalaman 25-50 cm kerapatan akar berhubungan erat dengan B V, ruang pori total, persentase agregasi, persentase debu, perme¬abilitas dan kemantapan agregat. Di kedalaman 50-75 cm kerapatan akar berhubungan erat dengan BV. Kemampuan agregat, porositas total dan berat rerata diameter agregat. Di kedalman 75-100 cm kerapatan akar hanya berhubungan dengan permeabilitas tanah.
PENUTUPANHubungan antara penyerapan unsur hara dengan kerapatan akar menunjukkan bahwa mekanisme penyerapan akarnya akan berbeda tergantung kerapatan dari akar-akar masing-masing tanaman. Kerapatan akar akan mempengaruhi permeabilitas tanah. Dalam kaitannya dengan pengambilan hara fosfor, didapatkan hasil bahwa ketersediaan fofsor sangat


NAMA : JAKOP.E.THUTAPEA
JURUSAN : PEND.BIOLOGI
NIM : 409141044











FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar